**
Banyak
orang beranggapan bahwa tidak semua orang mendapat hukuman atas kesalahan
dan kejahatannya di dunia ini. Banyak pelaku kejahatan hidup bebas,
berongkang-ongkang kaki, jalan-jalan bahkan hidup senang. Benarkah anggapan
ini?? Jawabannya: SALAH!! Jangankan orang yang melakukan kejahatan besar,
kesalahan-kesalahan kecil yang kita lakukan pun (selama tidak disadari dan
diperbaiki) tidak akan lolos dari hukuman di dunia ini. Ada 5 wilayah
hukuman yang tak seorang pun akan bisa lolos darinya: agama, negara, warga,
keluarga dan raga.
Setelah kita melakukan dosa, kesalahan, pelanggaran
dan kejahatan, mungkin kita lolos dari hukum agama di dunia ini karena
masyarakat atau negara tidak memberlakukan hukum agama (syari’at Islam). Bila
kita lolos dari hukum agama, maka kita akan menghadapi hukum yang kedua,
hukuman negara.
Bila ketahuan, polisi akan mencari, mengejar dan
menangkap kita. Hukum negara akan menjerat kita dengan pasal-pasal dalam KUHP
untuk menghuni kamar sempit dan sumpek bertahun-tahun bernama penjara. Tapi,
kita masih bisa lolos dari hukum negara karena mungkin tidak ketahuan, tak ada
bukti dan saksi atau, kalaupun ketahuan dan terbukti, hukum dunia bisa
dipermainkan dan diperjualbelikan. Bila itu terjadi, kita masih belum bisa
lolos karena akan menghadapi hukuman yang ketiga: warga.
Warga masyarakatlah yang akan menghukum kita dengan
hukuman sosial: diperbincangkan, disebarkan, dipermalukan, dicerca, dijauhi,
dihujat, digusur, diarak, diusir, diasingkan atau mungkin dibakar.
Seringkali, hukum sosial lebih kejam dari hukum negara. Tapi, mungkin kita
masih lolos dari hukum sosial atau hukum warga karena juga tidak ketahuan. Bila
itu terjadi, maka hukuman lain sedang menanti: keluarga.
Orang tua sakit hati karena kita telah mempermalukan
keluarga, lalu memarahi habis-habisan, kita dikutuk, tidak ditanya, diusir dari
rumah atau tidak diakui sebagai keluarga. Tapi, lagi-lagi, mungkin keluarga
juga tidak mengetahui dosa dan kesalahan kita, malah ada keluarga yang
melindungi. Keluarga pun tidak menghukum kita. Tapi, ada hukum terakhir di
dunia ini yang tak seorang pun akan bisa lolos darinya: raga.
Kita bisa jadi lolos dari semua hukuman luar, tapi tak
akan pernah bisa lolos dari hukuman diri: dikejar-kejar perasaan bersalah,
dihantui perasaan berdosa, merasa malu, tidak tenang karena takut ketahuan,
kesini takut kesana takut sehingga tersiksa oleh ketidakbebasan, lebih
jauh lagi takut mati karena merasa banyak dosa. Akhirnya, resah, gelisah,
stres bahkan paranoid, jauh dari ketenangan, ketentraman dan kenyamanan. Itu
semua adalah hukuman pasti dari kejahatan-kejahatan yang menyangkut orang lain.
Bila kesalahan dan pelanggaran-pelanggarannya
menyangkut diri, seperti kebiasaan bohong, kebiasaan melanggar janji,
kebiasaan iri hati, kebiasaan berburuk sangka, pelit, menyepelekan
dosa-dosa, mulut menyinggung orang, lalai pada kewajiban agama,
selalu mengejar-ngejar kesenangan, pesta, hura-hura, foya-foya,
tak ada perhatian pada orang tua, sombong, kufur nikmat, tak suka
pada nasehat dll, maka hukumannya adalah pelupa, otak tumpul, sulit belajar,
susah memahami ilmu, susah menerima kebenaran, bicara gagap, sulit rejeki, tak
disukai orang, ucapan tidak berkualitas, harta tidak berkah, urusan selalu
tidak lancar, hidup selalu banyak masalah, dst.
Ketika dosa-dosa, kesalahan dan pelanggaran tersebut
di atas dilakukan terus menerus, tak ada penyadaran, perubahan, penghentian dan
taubat, akhirnya jiwa tak sanggup lagi menanggungnya. Ketika jiwa sudah tak
sanggup menanggung beban keburukan dan ketidakseimbangan hidup yang demikian
berat, raga menerima resikonya, jadilah penyakit: darah tinggi, insomnia,
kanker, asam urat, kolesterol, hepatitis, ginjal, jantung, stres, psikosomatik,
diabetes, stroke dll. Dan semua itu baru hukuman di dunia. Di
akhirat, sudah pasti lebih pedih lagi.
Kelima wilayah hukuman itu akan menyergap setiap diri
akibat dari kebiasaan melakukan dosa-dosa, kesalahan-kesalahan dan
pelanggaran-pelanggaran agama, kecil maupun besar. Setiap diri tidak akan lolos
dari hukuman-hukuman itu. Inilah makna dari “wa man ya’mal mitsqala
dzarratin syarran yarah.” (Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarrah pun, niscaya dia akan merasakan balasannya pula) (QS-
Al-Zalzalah: 8).
Marilah belajar dan berusaha bersama-sama menghindari
dosa-dosa dan tidak membiasakan kesalahan-kesalahan sekecil apapun. Tak perlu
menyoroti orang lain, sorotilah diri, diri dan diri!! Nabi SAW bersabda: “Hasibuu
anfusakum qabla antuhasabuu ..!” (Hisablah diri kalian sendiri sebelum
menghisab orang lain). Semoga Allah memberikan petunjuk. Billahi taufik
wal hidayah!!
cr: moeflich.wordpress.com
No comments:
Post a Comment