Monday, 16 March 2015

Ketika Allah berkata “Tidak!”





“Ya Allah jauhkanlah aku dari kesulitan!”
Allah berkata, “Tidak. Kesulitan dan penderitaan telah menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada-Ku. Kesenangan telah melalaikanmu dari mengingat-Ku.” 

“Ya Allah, berilah aku rezeki yang halal!”
Tidak. Dalam kitab suci-Ku, telah kuberikan pedoman mana rezeki yang halal, mana yang haram. Tinggal engkau melaksanakannya.” 

“Ya Allah, berilah aku kebahagiaan dalam hidupku.”
Allah berkata, “Tidak! Telah Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu.” 

“Ya Allah berikanlah aku kenikmatan dalam hidup ini.”
Allah berkata, “Tidak! Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmatinya. Kenikmatan datang dari syukur. Karena kau tidak menyukuri apa yang telah kuberikan kepadamu, kenikmatan tidak datang kepadamu.”

“Ya Allah, terimalah ibadah-ibadahku!”
Allah berkata: “Tidak. Bukan Aku yang membuat ibadahmu Kuterima atau Kutolak tapi engkau sendiri. Maka, perbaikilah ibadah-ibadahmu.”

“Ya Allah, jauhkanlah kesombongan dariku!”
Allah berkata, “Tidak! Bukan Aku yang menjauhkannya, tapi kau yang harus menjauhinya dan serahkan kepada-Ku.” 

“Ya Allah, berilah aku kesabaran dalam hidup ini.”
Allah berkata, “Tidak! Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri.” 

“Ya Allah, jadikanlah anakku, anak-anak yang shaleh!”
Allah berkata: “Tidak. Keshalehan anak-anakmu tergantung cara engkau mendidiknya, bukan Aku yang menjadikannya. Anak-anakmu adalah titipan-Ku. Apabila mereka tumbuh menjadi manusia yang tidak mengenal-Ku dan tidak taat kepada-Ku, orang tuanyalah yang akan Aku minta pertanggungjawabannya di pengadilan-Ku kelak.”

“Ya Allah, aku sedih anakku cacat, sempurnakanlah anakku yang cacat.”
Allah berkata, “Tidak! Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara. Aku memberimu anak dengan kesempurnaannya. Cacatnya diakibatkan oleh perbuatan-perbuatanmu yang tak kau sadari.”

“Ya Allah, kabulkanlah semua do’aku”
Allah berkata: “Tidak. Banyak do’a-do’amu didasari oleh nafsumu yang bila kukabulkan itu akan mencelakakanmu sendiri. Engkau banyak meminta kepada-Ku tapi tidak tahu kapasitasmu mensyukurinya. Aku mengabulkan do’a-do’a yang ikhlas, tidak berlebihan dan sesuai dengan kadarmu memilikinya.”

“Ya Allah bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cinta-Mu padaku.”
Allah berkata… “Akhirnya kau mengerti !

Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali — orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya-tanpa susah payah.

Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat.


Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang eskrim. Anak yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum eskrim dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan eskrim itu. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau eskrim dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum eskrim yang lezat itu. Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya. Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Maka, sembuhkan dulu “pilek” dan “demam” dalam diri kita itu dengan meningkatkan kesadaran diri.[]

cr: moeflich.wordpress.com

No comments:

Post a Comment