Monday, 16 March 2015

Muneera Martina: Menjadi Muslim Bukan Teroris









Fiqhislam.com - Muneera Martina menatap kosong. Ia teringat betapa hampa hidupnya meski memiliki kemampuan finansial berlebih.

"Inilah rahasia kekuatan Allah, kita membutuhkan-Nya. Dia bimbing manusia dengan rahmat-Nya. Ini yang tidak pernah dipikirkan manusia," ucap dia seperti dilansir onislam.net, Kamis (26/12).

Martina telah mengunjungi banyak negara dengan harapan memperoleh apa yang dicarinya. Ia ingin mendapatkan kebahagiaan, hal yang sebenarnya tersembunyi dihatinya. Namun, Allah punya rencana lain terhadapnya.

Pada perjalanan itu, Martina mendengar kabar tentang Islam. Seperti informasi lain yang diperolehnya, tidak ada kelengkapan sehingga terkesan biasa dan menyudutkan. "Saya termasuk orang yang tidak puas, itu sebabnya saya mencoba mencari tahu sumber atau pandangan yang berbeda tentang Islam," ucapnya.

Itu yang kemudian mendorongnya untuk mengenal Timur Tengah. Satu kawasan, lahirnya agama Islam. Pertimbangan Martina saat itu, informasi harus diperoleh dari sumbernya langsung. Informasi ini akan membawa perimbangan dengan banyaknya informasi yang cbias.

"Saya mencoba untuk menemukan jawaban dalam banyak pandangan, termasuk budaya dan bangsa. Islam, saya pikir dibatasi pada suatu kelompok etnis tertentu," ucapnya.

Mulailah Martina belajar bahasa Arab. Di Bratislava, ia mencari toko  buku yang menjual Alquran. "Aku pandang Alquran ini cukup lama. Perasaan aneh pun muncul, ada sesuatu yang akan mengubah hidup saya," ungkapnya.

Dua bulan kemudian, Alquran itu kerap ia bawa kemana pun. Diberbagai kesempatan, Martina selalu membacanya, itu termasuk ketika berada diperjalanan menunju kantor. Banyak koleganya yang terganggu dengan apa yang dilakukan Martina. "Saya bukan teroris. Saya hanya ingin mnejadi Muslim tapi saya tidak tahu caranya," kata Martina setiap pertanyaan yanga muncul dari koleganya.

Suatu hari, Martina menuju kantor. Ia duduk di Trem, saat itu ia mendengar salah seorang penumpang tengah berbicara bahasa Arab. Merasa penasaran, Martina mencari sumber percakapan itu. "Saya terkejut, ketika ada perempuan Slovakia mengenakan hijab," kata dia.

Seketika, mereka terlibat dalam obrolan hangat. Mereka bertukar alamat, dan berjanji akan bertemu di lain waktu. Selesai bekerja, ia kembali melihat perempuan itu. Kembali, keduanya terlibat pembicaraan serius. Perempuan itu menceritakan keputusannya memeluk Islam. Olehnya, Martina diajak makan malam berwsama.

"Saya selalu ingat, dari mereka, saya beranikan diri mengunjungi masjid. Diluar dugaan, banyak yang seperti saya. Bahkan ada seseorang dengan kisah yang rumit sebelum akhirnya memeluk Islam," kenang Martina.

"Pagi harinya, saya dengan tekad bulat akan memulai hidup baru. Bismillah, Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Aku percaya Muhammad SAW itu utusan Allah," ucapnya.


yy/republika.co.id
cr: fiqhislam.com 



No comments:

Post a Comment