*
Ini kisah nyata sekitar bulan Maret 13. Seorang lelaki naik angkot di Bandung. Ada beberapa orang penumpang disitu, diantaranya seorang perempuan muda, cantik, bersih dan berpakaian rapi formal. Ia duduk dengan rok pendek kebangetan, pahanya mulus dan membuat ngiler para penumpang laki-laki. Perempuan itu nampak sekali tidak nyaman. Ia terus-terusan menarik-narik rok pendeknya. Laki-laki itu melihat sebuah ironi yang diperagakan perempuan cantik itu: pake rok pendek tapi tampak tersiksa. Laki-laki itu berfikir. Tiba-tiba, ia menundukkan kepalanya dan langsung menatap ke depan roknya dekat sekali. Sontak sang perempuan marah.
“Kurang ajar!! Kamu apa-apaan hah?”
“Kamu juga apa-apaan, pake rok pendek di angkot seperti ini.”
“Ini kan hak saya.”
“Ini juga hak saya. Saya punya mata, hak saya utk melihatmu seperti itu.”
“Saya kan tidak menganggu orang!”
“Kata siapa? Semua penumpang disini semua terganggu dengan penampilanmu termasuk saya.”
“Iya tapi kamu telah kurang ajar!!”
“Hey, siapa yang sebenarnya kurang ajar telah mengganggu kenyamanan umum. Kamu dengan pakaianmu atau saya?”
“Kita turun, jangan ribut disini.” kata perempuan itu.
“Oh ayo, dengan senang hati.”
Dipinggir jalan, mereka terus ribut. Penumpang di angkot pada melongo. Mereka berdecak, ada laki-laki nekat seperti itu. Lelaki itu mendominasi pembicaraan. Rupanya ia yakin betul dengan tindakannya tadi dan punya misi. Nasihatnya keluar tentang aurat, tentang resiko kejahatan, tentang pelecehan seksual, berkah rizki, tentang kerja yang baik, dst … dst.
Karena penjelasannya masuk akal, lama kelamaan, si perempuan itu melemah dan takluk. Tapi lelaki nekad itu diminta menemui suaminya. “Siap, dengan senang hati,” katanya. Ini kesempatan untuk menyadarkan suaminya, pikirnya. Akhirnya janjian dan bertandanglah ke rumahnya. Terjadilah obrolan. Karena lelaki itu niatnya tulus untuk meluruskan dan memiliki kekuatan kata-kata, nasehatnya sangat masuk akal, suami istri itu akhirnya sadar juga. Suaminya malah sangat mengucapkan terima kasih. Selama ini ia mengakui tidak mendidik istrinya dengan agama, tidak bisa menasehatkan pesan-pesan agama pada istrinya. Untung laki-laki nekad itu bukan orang jahat,
Mereka saling tukar nomor hape. Hubungan komunikasi dan nasehat terus berjalan. Lelaki itu akhirnya jadi penasehat mereka berdua. Seminggu kemudian, perempuan itu dan sudah tidak memakai rok pendek lagi. Beberapa bulan kemudian ia sudah berkerudung. Pasangan itu merasakan berkah bertemu dengan laki-laki aneh itu.
Ketika saya tanya pada laki-laki itu, mengapa caranya harus seperti itu, ia menjawab pendek, “Setiap kasus berbeda cara menghadapinya. Kadang-kadang ada yang caranya harus seperti itu, ada yang tidak, tergantung orangnya dan situasinya. Semuanya, ada cara-caranya masing-masing. Kalau saat itu di angkot saya menasehatinya atau menegurnya gak akan masuk, gak akan ngaruh.”
Saya tanya lagi, bagaimana membedakannya? “Wadduh … susah menjelaskannya. Gimana ya, ketika itu hati saya saja mengatakan caranya harus begitu, ternyata ada hasilnya hehe …”
Waah … ini bukan ilmu sembarangan, pikir saya.[]
No comments:
Post a Comment