Tuesday, 26 January 2016

Startup best story.

In the very early days of Facebook, when it had fewer than 15 employees, a guy named Steve Chen decided after working there for only a few weeks that it just wasn't for him. He wanted to leave to found his own company, and his plan was to do a video startup.
Matt Cohler, the guy who had hired him in the first place, tried to convince him otherwise. "You're making a terrible mistake. Facebook is going to be huge! And there's already a ton of video sites. If you do this you're going to regret it for the rest of your life!"
Chen wasn't convinced, so he decided to do it anyway and left to start a company called YouTube.

Wednesday, 24 June 2015

Aloha part II


Sorry for not updating for soooooo long. I’m kind of very super duper mega giga ultra busy lately because my school doesn’t have mercy to me, tons of homeworks/assignments/projects already queued to be done.  And thank you for reading this nonsense blog lol it already reached 1473 viewers. I miss my gabut-ness at bosch when i could update 20+ posts a day

I actually have so many things i want to write that still stuck in my head, but due my limited english and time, i can’t finish it soon. Hopefully I’d finish what i started and actually write something. Anyway go visit my new tumblr www.fromthedeepestconscience.tumblr.com if you wanna read my 'real' posts lol and happy fasting for every moslem in the world! xx

Wednesday, 17 June 2015

aloha

go visit my tumblr www.fromthedeepestconscience.tumblr.com

Thursday, 16 April 2015

Apakah Takdir Itu Pilihan?



Pernah suatu ketika ada sebuah training. Saat itu materi yang disampaikan adalah masalah takdir. Karena ternyata peserta belum begitu memahami bagaimana hakekat sebuah takdir. Mereka mengeluh kenapa mereka ada yang kaya, dan sebagian mereka ada yang miskin.

Tiba-tiba sang trainer duduk dengan bersila dan bertanya, “Apakah saya duduk seperti ini takdir?”

“ya!”, jawab peserta.

Kemudian sang trainer duduk diatas meja dan bertanya, “Apakah saya duduk seperti ini takdir?”

“ya!”, jawab peserta kompak.

Kemudian sang trainier berdiri, sambil meletakkan salah satu kakinya diatas meja yang agak pendek, lalu bertanya kembali, “Apakah saya duduk seperti ini juga takdir?”

“Iya”, jawab peserta sambil penasaran.

“Jadi apakah boleh saya bilang bahwa takdir itu sebuah pilihan? Ketika saya ingin menjadi seorang yang baik, maka saya memilih duduk sopan dengan bersila, dan ketika saya ingin menjadi orang yang nakal, maka saya duduk diatas meja, ketika saya memilih menjadi orang yang menjengkelkan, maka saya berdiri sambil mengangkat salah satu kaki saya diatas meja, sedang kalian duduk bersila dibawah?.” tanya sang trainer

“ya sih!” jawab peserta yang mulai paham maksud dari penjelasan trainer.

“Jadi takdir itu sesuatu hal yang sudah terjadi, ketika anda saat ini menjadi sholeh, karena anda memilih pilihan yang diberikan oleh Allah untuk menjadi seorang yang sholeh, dan sebaliknya ketika anda saat ini menjadi berandalan, karena anda yang memilih takdir menjadi berandalan, dan anda sudah diberikan pilihan dan petunjuk oleh Allah, jalan manakah yang akan membawa kita ke neraka, dan jalan manakah yang akan membawa kita ke surga. Dan saat ini kita sudah memilihnya”

“Begitu juga dengan kekayaan, Allah sudah memberikan pilihan melalui petunjuk-Nya, bagaimana jalan menuju kaya, dan jalan menuju kemiskinan. Tinggal pilihan mana jalan yang akan kita lalui.”

”Banyaklah berdoa kepada Allah, agar kita selalu diberikan petunjuk tuk selalu memilih jalan benar menurut-Nya.”
-----------------------------------

Sahabatku, mungkin sering tepintas dalam pikirian kita tentang peristiwa tersebut. Mungkin juga, ada perbedaan dalam memahami hakekat suatu takdir.

Akan tetapi yang jelas pastinya, kita tidak mengetahui bagaimana takdir kita besok (jangan percaya sama ramalan ya! Bisa-bisa syirik kita).

Kita hanya berusaha dan optimis untuk menjadikan takdir kita menjadi takdir yang baik, karena Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka merubahnya sendiri.

Jadi, optimislah! Dan berusahalah untuk menjalani kehidupan ini dengan perbuatan dan amalan yang terbaik. Tentunya dengan mengharap ridho-Nya saja.

cr: http://inmotivasi.blogspot.in/

Monday, 13 April 2015

Kisah Mengharukan, Sang Malaikat Kecil




Sudah menjadi kebiasaan setiap selesai sholat jum’at tiap pekannya, seorang Imam (masjid) dan anaknya yang berumur 11 tahun membagikan brosur atau pun buku-buku islam di jalan-jalan dan keramaian, diantaranya sebuah buku dakwah yang berjudul “at-thoriq ilal jannah” (jalan menuju surga).

Tapi kali ini, suasana sangat dingin ditambah rintik-rintik air hujan yang membuat manusia benar-benar malas untuk keluar rumah. Namun si anak telah siap memakai pakaian tebal dan jas hujan untuk mencegah dingin, lalu ia berkata,
“Saya sudah siap, Abi!”
“Siap untuk apa nak?”
“Abi, bukankah ini waktunya kita membagikan buku ‘jalan menuju surga’?”
“Udara di luar sangat dingin, apalagi gerimis.”
“Tapi Abi, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka meski suasana sangat dingin.”
“Saya tidak tahan dengan suasana dingin di luar.”
“Abi, jika diijinkan, saya ingin menyebarkan buku ini.”
Sang ayah diam sejenak lalu berkata
“Baiklah, tapi bawa beberapa buku saja, jangan banyak-banyak.”

Anak itupun keluar di jalanan kota untuk membagikan buku kepada orang yang dijumpainya, juga dari pintu ke pintu.

Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku ditangannya. Jalanan sepi dan ia tak menjumpai lagi orang di jalanan. Lalu ia mendatangi sebuah rumah untuk membagikan buku itu. Ia pencet tombol bel rumah….tapi tak ada yang menjawab. Ia pencet lagi..dan tak ada yang keluar. Hampir saja ia pergi, namun seakan ada suatu rasa yang menghalanginya. Untuk kesekian kali ia kembali memencet bel, dan ia ketuk pintu dengan keras.

Tak lama kemudian, pintu terbuka pelan. Ada wanita tua keluar dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan yang dalam berkata, “Apa yang bisa saya bantu wahai anakku?”

Dengan wajah ceria, dan senyum yang bersahabat si anak berkata, “Sayyidati (panggilan penghormatan untuk seorang wanita), mohon maaf jika saya mengganggu Anda, saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya membawa buku dakwah untuk Anda yang mengabarkan kepada Anda bagaimana mengenal Allah, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara memperoleh ridha-Nya.”

Anak itu menyerahkan bukunya, dan sebelum ia pergi wanita itu sempat berkata, “Terimakasih Nak...

Satu pekan berlalu....

Seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah ia mempersilakan jama’ah untuk bertanya, atau ingin mengutarakan sesuatu.

Di barisan belakang, terdengar seorang wanita tua berkata, “Tak ada di antara hadirin ini yang mengenalku, dan baru kali ini saya datang ke tempat ini. Sebelum Jumat yang lalu saya merasa belum menjadi seorang muslimah, dan tidak berpikir untuk menjadi seperti ini. Sekitar sebulan suamiku meninggal, padahal ia satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini. Hari Jumat yang lalu, saat udara sangat dingin dan diiringi gerimis, saya kalap, karena tak tersisa lagi harapan untuk hidup. Maka saya mengambil tali dan kursi, lalu saya membawanya ke kamar atas di rumahku. Saya ikat satu ujung tali di kayu atap…saya berdiri di kursi…lalu saya kalungkan ujung tali yang satunya ke leher, saya ingin bunuh diri karena kesedihanku…

Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tidak menjawab, “paling sebentar lagi pergi” batinku.

Tapi ternyata bel berdering lagi, ditambah ketukan pintu yang makin kuat. Saya ragu, “Siapa kira-kira yang datang ini, setahuku tak ada satupun orang yang mungkin memiliki keperluan atau perhatian terhadapku.” Lalu saya lepas tali yang melingkar di leher, dan saya turun untuk melihat siapa yang mengetuk pintu.

Saat kubuka pintu, kulihat seorang bocah yang ceria wajahnya, dengan senyuman laksana malaikat yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Dia mengucapkan kata-kata yang menyentuh sanubariku, “saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Kemudian anak itu menyodorkan buku kepadaku yang berjudul, “Jalan menuju surga.”
Akupun segera menutup pintu, aku mulai membaca isi buku itu. Setelah membacanya, seketika kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.

Sekarang lihatlah aku, diriku sangat bahagia karena aku telah mengenal Tuhanku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterimakasih kepada kalian yang telah mengirimkan malaikat kecilku pada waktu yang tepat, hingga aku terbebas dari kekalnya api neraka, dan mudah-mudahan menjadi jalan selamat dari kesengsaraan menuju surga yang abadi.

Mengalirlah air mati para jamaah yang hadir di masjid, gemuruh takbir..Allahu Akbar..menggema di ruangan. Sementara sang Imam turun dari mimbarnya, menuju tempat dimana malaikat kecil itu duduk dan memeluknya erat, dan tangisnyapun pecah tak terbendung dihadapan para jamaah.

Sungguh mengharukan, mungkin tidak ada seorang ayah pun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.

cr: http://inmotivasi.blogspot.in/

Easy way to change ourselves





There was a king long time ago and he had a vast kingdom. Though he had tremendous amount of wealth, but he didn't have peace of heart. So he decided to be a good Muslim. He heard that there is a very pious man who stays in a jungle and that many people go to visit him for advice. The king decided to visit him for some advice also. When he got there, he asked the pious man "How can I become pious like you?" The pious man replied that remember death 40 times a day for 40 days. The king thought that it was very easy and he thanked him and left for his palace. He remembered death 40 times a day for 40 days but no change came to his life. He was same as before.

The king became angry and called that pious man to his court. The king told him that he is nothing but a liar and that he should be killed before he fools other people. It was decided that he will be beheaded the next day. But the Pious man had a request. He asked if he could become the king for a day. He promised that after getting the command, he will not kill the previous king or do any harm to him. So, the king agreed and made the pious man the king for a day. As soon as the pious man became the king, he went to the market and saw a man selling peanuts. He told the soldiers to catch that man and bring him to the palace. So, the peanut sales man was brought to the court. The pious man told the peanut sales man that he will be killed tomorrow. The peanut sales man became frightened and dropped all his peanuts. He started crying and asked what he did. But the pious man said that he will be killed tomorrow and locked up in jail for today.

Now, as the peanut sales man knew that he is going to die, he forgot about everything else and started asking forgiveness from Allah. He started praying and doing excessive dhikir (remembrance of Allah). The Pious man ordered that the most beautiful prostitute in the city should be brought and placed in the jail with peanut sales man. She was brought and she asked the man to commit adultery with her. Now the pious man brought the previous king and told him to watch. The peanut sales man started yelling at the woman to get away because he is going to die tomorrow and this evil deed will surely cause him problems with Allah.

Then the pious man asked the previous king if he understood what is going on. The Pious man explained that when you really know that you will die, then you will surely stay away from all evil deeds and engage yourself into the worship of Allah. So, remembering death once properly would be enough to change the life of a human being.

Ofcourse, the peanut sales man was released afterwards.

cr: islamcan.com